Jumat, 29 Juni 2012

My Best Friend



karya : R.V_Elvhanesh

hei maaf yah kalau ceritanya kurang menarik. Masih belajar membuat cerpen soalnya. Tolong kritiknya yah! ^_^

            Nurul dan Dewi sudah bersahabat semenjak mereka masih smp. Nurul sangat menyayangi sahabatnya yaitu Dewi. Sikap Dewi yang terkesan lebih cuek di banding Nurul selalu membuatnya sulit mendapatkan perhatian lebih dari seorang cowok, berbeda dengan Nurul.
Sejak sd Nurul selalu akrab dengan cowok, bukan Nurul yang berlebihan tapi karena kelembutannya selalu membuat orang-orang nyaman berada di dekatnya. Kini mereka sudah menginjak kelas 2 sma. Setiap hari mereka selalu bersama, walaupun saat di sekolah mereka selalu bermain dengan yang lain tapi tak membuat mereka menjadi jauh, melainkan semakin erat hubungan di antara keduanya.
            Suatu hari, Nurul yang berbeda kelas dengan Dewi, sedang duduk di kelasnya sambil berbicara dengan teman-teman kelasnya, tiba-tiba ada seorang temannya yang memberikan coklat padanya.
“Nurul, nih ada coklat lagi. Aku sih tidak tahu coklat ini dari siapa, yang jelas dari kakak kelas kita.” Seorang teman kelasnya itu langsung memberikan coklat tersebut kepada Nurul, dan Nurul menerimanya dengan senang hati. Dan sudah tak asing lagi jika teman-temannya selalu meledeknya jikalau Nurul mendapatkan hadiah dari orang lain, apa lagi yang memberinya itu cowok, wah langsung membuat heboh pembicaraan mereka.
“kakak kelas yah? Hmm kira-kira siapa yah? Soalnya aku kan tidak terlalu dekat dengan kakak kelas, paling hanya sekedar kenal saja” Nurul masih terheran-heran dengan orang yang memberikannya coklat sejak 3 hari yang lalu.
“Pasti orang itu sangat mengagumi kamu, bukan hal yang aneh lagi bagi kami. Karena banyak orang yang mengagumi kamu di sekolah maupun di luar sekolah, ya kan?” ujar teman sebangkunya Nurul, yang diam-diam juga mengagumi Nurul, yah bukan hanya anak laki-laki saja yang mengaguminya, tapi perempuan pun banyak.
“Ah tidak mungkin, kalau dia mengagumi aku, mengapa ia tidak memberikannya langsung kepadaku?” Tanya Nurul pada teman-temannya.
“Berarti dia suka padamu, buktinya dia tidak berani memberikan coklat ini langsung kepadamu.”
“Kalau yang memberikan coklat ini perempuan bagaimana? Masa dia juga suka padaku? Mustahil! Hahaha” Nurul dan teman-temannya tertawa bersama. Tak lama kemudian Nurul meminta maaf kepada teman-temannya karena ia harus menghampiri Dewi. Nurul sebenarnya ingin menceritakan tentang orang yang selalu memberinya coklat itu kepada Dewi, tapi kelihatannya Dewi sedang sibuk, jadi Nurul mengurungkan niatnya itu sampai Dewi benar-benar siap mendengarkan curhatannya itu.
“hei Dew, kamu mau jajan tidak?” Tanya Nurul dengan lembut.
“gak!” Dewi menjawabnya dengan ketus. Nurul mencoba mengerti sikap Dewi yang mungkin sedang badmood.
“Oh, yasudah kalau begitu aku kembali kekelas saja yah, sekalian aku mau melanjutkan tugasku.” Nurul tersenyum kepada Dewi, tapi Dewi menghiraukannya. Nurul sempat kecewa dengan sikap Dewi itu, tapi dia berusaha untuk tetap positive thinking saja.

            Pelajaran pun usai, kini waktunya untuk pulang. Nurul yang sedang terburu-buru karena harus mengikuti latihan drama sekolah itu lupa memberi tahu Dewi bahwa hari ini dia tidak bisa pulang bersamanya, lantas hal ini membuat Dewi merasa tidak di hargai dan Dewi pun langsung pulang bersama temannya yang bernama Jihan. Jihan adalah orang yang sangat tidak menyukai Nurul, menurut pendapatnya, Nurul itu terlalu jaim dan sok menarik perhatian anak cowok di sekolahannya. Entahlah pendapatnya itu tidak bisa dijadikan alasan yang kuat untuk membenci Nurul. Sebenarnya Nurul merasa heran mengapa Jihan bisa sangat membenci dirinya, tapi yasudahlah hal ini tidak di ambil pusing oleh Nurul.
Ketika Nurul sedang mengikuti latihan drama sekolah, ada cowok yang menghampiri dirinya yang sedang menghafal naskah.
“Ha…hai… Nurul seusai latihan nanti kamu mau gak pulang bareng aku?” cowok itu terlihat gugup.
“Eh kakak, kok belum pulang kak? Maaf yah kak sebelumnya, bukannya aku mau menolak tawaran kakak, tapi aku sudah janji untuk pulang bareng dengan teman-temanku itu.” Nurul menunjuk ke arah teman-temannya yang sedang latihan drama.
“Oh begitu yah, maaf yah kalau kakak mengganggu. Tapi lain waktu bisa kan?” cowok itu menunjukkan ekspresi wajah seperti orang yang meminta belas kasihan.
“Aku tidak bisa janji yah kak.” Nurul tersenyum manis pada cowok yang ternyata adalah kakak kelasnya. Dan cowok yang bernama Rian itu duduk di tempat duduk penonton dan memperhatikan Nurul yang sedang latihan bersama teman-temannya itu. Sempat teman-temannya itu menggoda Nurul karena dari tadi cowok itu hanya tersenyum dan menatap lekat wajah Nurul. Dan 1 jam kemudian latihan pun selesai, segera Nurul dan teman-temannya pulang menuju rumah mereka masing-masing.

            Pagi yang cerah secerah senyuman Nurul pagi itu. Nurul berangkat ke sekolah dengan hati yang gembira seperti biasanya. Sesampainya di sekolah Nurul menghampiri Dewi yang sedang menunggunya di depan kelas Nurul.
“Selamat pagi Dewi sayang, aku minta maaf yah kemarin aku tidak sempat memberi kabar padamu bahwa aku ada latihan drama buat minggu depan, kamu tidak marah kan?” Nurul menatap mata Dewi.
“Selamat pagi juga, tak apa, aku ngerti kok. Oh ya Nurul maafin aku juga yah kalau kemarin aku nyuekin kamu kayak gitu.” Dewi menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
“Tak usah minta maaf, kita kan memiliki mood yang bisa berubah tiap saat, bukannya begitu sobat?” Nurul tertawa bersama Dewi. Jihan yang saat itu sedang lewat tak sengaja ia melihat tingkah laku Nurul dan Dewi yang membuat Jihan semakin jijik dengan Nurul.

Kalian tahu? Jihan itu sedang mendekati seorang cowok yang ternyata kakak kelasnya. Dia selalu mencoba mendekati kakak kelasnya itu, tapi tidak pernah menunjukkan hasil yang membanggakan. Baginya sangat sulit untuk menaklukkan hati kakak kelasnya itu.
“Kak Rian!!” Teriak Jihan yang melihat kakak kelasnya itu melewati kelasnya.
“Iya ada apa?” jawab Rian datar.
“Hmm, gak ada apa-apa sih kak. Cuma manggil aja” Jihan tersenyum tapi di hiraukan oleh Rian. Dan saat itu juga Rian langsung meninggalkan Jihan yang menurutnya tidak penting. Jihan pun menjadi bete karena selalu tidak di anggap oleh Rian kakak kelasnya itu. Hingga akhirnya Jihan memergoki orang yang ia suka itu di kelas Nurul dan sedang bercanda dengan Nurul. Jengkel itu lah yang Jihan rasakan ketika ia melihat orang yang selama ini ia suka bercengkrama dengan orang yang selama ini ia benci.
“Ah, rese banget sih tuh cewek. Emang gak cukup apa cowok-cowok yang selama ini ngedeketin dia? Masa cowok yang gue suka juga di embat!” Jiham mendumel sendiri dan menunjukkan kemarahannya melalui ekspresi wajahnya itu. Memang sih belum ada alasan yang kuat mengapa Rian bisa bercanda dengan Nurul, tapi jelas saja hal sekecil ini membuat Jihan semakin jengkel.

“hahaha, kakak bisa saja. Udah gih kak balik ke kelas, udah bel tuh!” Nurul menuntun Rian untuk mendengarkan suara bel yang berbunyi. Lalu Rian mendekatkan wajahnya dan berbisik kepada Nurul kalau dia akan kembali saat istirahat kedua. Dan Nurul pun hanya meng iya kan ucapan Rian. Dewi belum mengetahui tentang Rian yang ternyata diam-diam sedang mendekati sahabatnya yaitu Nurul.

Istirahat kedua pun tiba, tanpa basa-basi lagi Rian lansung menghampiri Nurul yang masih duduk di bangkunya.
“Nurul aku mau ngomong sama kamu boleh?” ajak Rian denga senyum, dan Nurul mengikuti kemana Rian pergi. Dan ternyata Rian mengajaknya ke lorong dekat lab bahasa.
“Mau ngomong apa yah kak?” Nurul menjawab sambil menahan rasa sakit pada kepalanya, yah memang sejak tadi pagi Nurul merasakan sakit pada kepalanya mungkin dia terlalu banyak pikiran.
“Nurul, kamu tahu kan kalau temannya bulan itu bintang, dan tempat mereka itu di malam hari, kalau orang membuat rumah pasti mereka tak akan membiarkan rumahnya kosong ya kan?” Tanya Rian sambil menatap Nurul.
“Iya kak, memangnya kenapa?” Nurul menjadi penasaran.
“Begitu pun dengan hati aku, aku gak mau membiarkan hati aku terus menerus kosong.”
“Lalu?”
“Aku suka sama kamu, aku ingin kamu yang mengisi hatiku.” Rian memegang tangan Nurul, dan Nurul segera melepaskan tangan Rian dari tangannya. Jihan yang melihat kejadian itu langsung berlari menuju kelasnya.
“Kak, andai aku tidak memiliki pilihan selain menjawab iya, pasti aku akan menjawab bahwa aku juga suka sama kakak, tapi aku memiliki banyak pilihan yang membuat aku harus berkata bahwa aku tidak bisa bukan karena aku tidak suka sama kakak.” Nurul tampak menahan air matanya, karena ia harus membohongi perasaannya sendiri, sebenarnya dia ingin berkata iya dan menjadi pacar Rian yang dalam waktu lebih dari seminggu selalu hadir di kehidupannya.
“Lalu mengapa kamu harus menjawab seperti itu jika kamu menyukai aku? Apa ada yang kurang dari aku?” Rian terus mendesak Nurul.
“Manusia memiliki banyak alasan untuk menyembunyikan suatu hal yang seharusnya di katakan dengan jujur kak. Andai aku bisa, aku pun ingin menjawab bahwa aku menyukai kakak. Tapi persahabatan lebih indah di bandingkan dengan rasa cinta yang belum pada waktunya.” Nurul berdiri lalu meninggalkan Rian yang masih bingung dengan jawaban Nurul yang tak beralasan, namun Rian tak mau menyalahkan Nurul juga dia berfikir mungkin dia terlalu cepat menyatakan perasaannya selama ini.

            Jihan yang melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri semakin membuatnya benci terhadap Nurul, dan sasaran empuk untuk membalaskan dendamnya pada Nurul adalah sahabatnya yaitu Dewi. Mengapa Dewi? Karena Dewi jenis orang yang mudah percaya dengan omongan orang lain selain sahabatnya.
“Dewi, gue bete nih!” Jihan memeluk Dewi yang sedang mengerjakan tugas.
“Bete kenapa?” Dewi masih sibuk dengan tugasnya.
“Ihh, itu Nurul. Masa tadi pas gue mau ke kantin eh si Nurul lagi ngomongin lu sama gue gitu deh! Ihh pokoknya gak nyangka banget deh!” Jihan mencoba meracuni Dewi agar membenci Nurul.
“Masa sih Nurul begitu? Mungkin dia gak sengaja kali!” Dewi tetap serius dengan tugasnya.
“Ihh dengerin gue dulu dong! Tadi tuh jelas-jelas Nurul sengaja ngomongin gue sama lu pas gue lewat depan kelasnya, dan teman-temannya tuh pada ngetawain gitu.” Jihan dengan manja nya terus mencoba merusak persahabatan antara Dewi dengan Nurul.
“Ya kalau begitu nanti aku coba tanyain ke dia nya.” Dewi sempat kecewa mendengar ucapan dari Jihan yang membicarakan tentang Nurul, tapi dia mencoba tenang.
“Terus, pas kemarin gue ngeliat si Nurul tuh ciuman gitu sama cowok di belakang sekolah, ih pokoknya gue gak nyangka deh kalau si Nurul kayak gitu.” Dan pernyataannya kali ini membuat Dewi malu dan marah.
“serius lu? Kalau itu memang benar, berarti Nurul…. Ahhh! Kenapa sih sama dia?” Dewi Nampak kesal.
“Iya tuh! Gue juga pertamanya gak percaya kalau itu tuh Nurul, tapi ternyata memang benar.” Jihan tersenyum sinis. Dan Dewi langsung mengerjakan tugasnya kembali.

Sepulang sekolah, Nurul menghampiri Dewi, ternyata Dewi tidak menghiraukan Nurul walaupun mereka tetap pulang bersama. Dewi dan Jihan jalan berdampingan sedangkan Nurul berada di belakang mereka. Nurul terus tersenyum tiap kali Dewi menengok ke arahnya, tapi Dewi terus bersikap dingin. Nurul pun menjadi bingung ada apa dengan Dewi? Mengapa dia seperti ini lagi? Kata-kata itu lah yang selalu dia petanyakan tiap kali Dewi mendiami nya tanpa alasan yang jelas.
“Nurul kayaknya kamu pulang sendiri aja yah, aku mau kerumah Jihan dulu.” Belum sempat Nurul menjawab, Dewi dan Jihan langsung pergi begitu saja, Nurul hanya tersenyum kecewa menanggapi sikap sahabatnya itu.
Semenjak kejadian itu hubungan di antara keduanya menjadi lebih renggang karena Jihan terus membuat pernyataan-pernyataan yang tidak benar tentang Nurul, mulai dari sikap Nurul yang katanya diam-diam suka jalan sama om om, hobby Nurul yang selalu menjelek-jelekkan Dewi kepada teman-teman sekelasnya, dan masih banyak lagi. Dan hal ini membuat Nurul semakin bingung, setiap kali Nurul memanggil Dewi ataupun mencoba mengajaknya berbicara pasti saja Jihan selalu mengajak Dewi pergi. Hingga pada akhirnya permasalahan pun memuncak.
“Nurul! Bisa gak sih kamu tuh gak usah deket-deket aku lagi! Aku tuh jijik sama kamu, kamu tuh munafik tahu gak!” Dewi membentak Nurul. Nurul ingin membalasnya dengan membentaknya juga tapi, pecuma saja karena kalau emosi di balas dengan emosi takkan pernah selesai permasalahannya.
“Kamu tega yah Dew, kamu gak pernah ngomong ke aku apa alasan kamu membenci aku? Apa salah aku ke kamu Dew? Tiba-tiba kamu bersikap seperti ini ke aku.” Nurul menangis menatap sahabatnya yang sudah berbeda tidak seperti Dewi yang ia kenal.
“Berisik! Kamu tuh sok alim banget sih Nur! Padahal kelakuan kamu tuh busuk! Mending kamu pindah sekolah aja gih. Aku males kalau di sekolahan aku tuh ada penghianat seperti kamu! Mulai sekarang anggap aja kita gak saling kenal ok!” Dewi pergi meninggalkan Nurul sendiri di kamar mandi.
“Dewi, kamu kenapa sih? Apa salah aku ke kamu? Selama ini aku selalu ngalah sama kamu, apa yang kamu mau selalu aku turuti, tapi apa? Apa kamu menghargai aku? Apa kamu menganggap aku? Aku tuh sayang sama kamu Dew! Tapi kenapa harus seperti ini? Hanya kamu sahabat yang aku miliki!” Nurul menangis terus menerus di dalam kamar mandi hingga salah satu teman sekelasnya menemukannya dalam keadaan lemas! Dengan keadaan kerudungnya yang berantakan membuat teman-temannya terkejut melihat keadaan Nurul yang sangat memprihatinkan!

            Tak ada kabar sedikitpun dari Dewi walaupun dia telah mengetahui bahwa Nurul pindah sekolah. Ya kata teman-temannya sih, Nurul itu pindah sekolah, tapi tetap saja Dewi tidak peduli.
Sudah 5 bulan Nurul tidak bertemu dengan sahabatnya itu, Rian yang suka dengan Nurul pun tidak mengetahui kabar tentang Nurul. Semua keadaan di sekolah menjadi berbeda, semua orang merasa kehilangan sosok Nurul yang sangat ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman-teman di sekolahannya. Hal ini pun di sadari oleh Dewi, setelah Dewi mengetahui bahwa karena Rian lah semua ini terjadi, karena Jihan cemburu lah penyebab semua hal ini terjadi. Penyesalan yang tiada akhir bagi Dewi karena sudah tidak mempercayai sahabat yang selama ini selalu mengerti keadaannya di saat susah maupun senang. Jihan di keluarkan dari sekolah karena semua orang sudah mengetahui kejahatannya yang tidak wajar dan kelewat batas itu.

            Dewi menatap video yang di buat oleh Nurul dan dirinya saat terakhir kali mereka bersama, kepolosan wajah Nurul semakin membuatnya menyesali perbuatannya selama ini.
 “Rian, aku benar-benar menyesal! Andai saja aku lebih mempercayai sahabatku di banding mahkluk tak berguna itu, pasti saat ini aku sedang bersama Nurul dan bermain bersama.” Dewi benar-benar berputus asa.
“Yah, sekarang kamu harus merubah sikap kamu itu. Kamu harus lebih peduli dengan orang yang terlebih dahulu dekat dengan kamu di banding dengan orang yang baru saja dekat dengan kamu karena yang lebih lama itu yang lebih baik.” Tegas nya, dan Rian pun tersenyum
“Oh iya, gimana kalau besok kita pergi ke rumah Nurul yang di Bogor? Siapa tahu dia ada di sana.” Dewi menghapus air matanya dan kembali bersemangat. Dan Rian pun menyetujui nya. Hingga esok hari pun tiba dan mereka berdua langsung pergi menuju rumah Nurul yang berada di daerah Bogor. Sepanjang perjalanan Dewi sangat yakin bahwa Nurul berada disana dan benar saja dugaannya ketika ia sudah sampai di rumah Nurul yang berada di daerah Bogor tersebut.
“Nurul?” Dewi menghampiri Nurul yang sedang duduk di atas kursi roda, Nurul pun membalikkan badannya Dewi terkejut melihat wajah Nurul yang sangat pucat.
“Dewi? Rian?” Nurul tersenyum semampunya, keadaan fisik yang sangat lemah membuat dia Nampak tak bersemangat.
“Nurul kamu kenapa?” Saat Dewi bertanya seperti itu ternyata mama nya Nurul menjawab pertanyaan dari Dewi. Jatuh lah air mata Dewi saat mendengar bahwa Nurul memiliki penyakit leukimia semenjak 1 tahun yang lalu. Hal ini tidak pernah di ceritakan kepada Dewi karena Nurul takut membuat Dewi sedih, makanya dia selalu mencoba menjadi yang terbaik untuk sahabatnya itu selama ia masih bisa melakukannya.
“Nurul, maafin aku. Aku gak pernah berniat untuk nyakitin perasaan kamu, ataupun membuat kamu sedih. Semua ini memang kesalahan aku, aku tidak pernah mempercayai kamu sebagai sahabat aku. Maafin aku Nurul” isak tangis menemani pembicaraan mereka.
“Tak apa Dew, kita ini masih remaja, dan masih banyak sikap yang belum bisa kita perbaiki. Wajar saja kalau kita masih mementingkan ke egoisan kita di banding ke sabaran kita.” Nurul tersenyum sangat manis saat itu. Kini Rian mengetahui alasan Nurul menolak cintanya, dan Rian kembali mencoba untuk mengajak Nurul menjadi pacarnya walaupun dalam keadaan Nurul seperti saat ini. Nurul pun menerima Rian dan Dewi pun berjanji akan menjaga Nurul semaksimal mungkin. Canda dan tawa mereka lewati hingga akhirnya Nurul harus menutup mata 1 bulan kemudian. Semua merasa sangat kehilangan sosok Nurul terutama Rian dan Dewi, tapi mungkin ini memang sudah takdirnya bahwa dia di izinkan untuk bersama sahabatnya dan memiliki rasa sayang dan memiliki pacar seperti Rian sebelum ia harus di panggil oleh sang pencipta.

fb : vhinygreen@yahoo.com
twitter : @elvhanesh
blog : selvha.blogspot.com
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya ^_^

Labels

Social Icons

Sample Text

Followers

Featured Posts

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 My Secret Dreams All Right Reserved